Yang tidak suka Freeport dikuasai Negara adalah para Maling?
Kawan bertanya, bagaimana sih permasalahan Freeport itu? Saya jawab, gak ada masalah. Kalau gak masalah kenapa jadi ribut? tanya kawan saya lagi. Saya jawab, yang ribut itu orang yang gak ngerti masalah dan kaum dungu. Kawan saya tertawa lalu bilang, serius bro..
Ya, saya memang serius, karena gak ada masalah seharusnya. Ini hal yang membanggakan tapi dibuat jadi masalah. Jokowi secara tidak langsung mendapatkan warisan dari Soeharto, dimana Soeharto memberikan kekayaan bangsa untuk dikelola pihak asing. Jokowi mendapatkan warisan langsung dari SBY, dimana SBY pun tidak sanggup menguasai Freeport.
Kalau begitu Habibie, Gus Dur dan Megawati tidak sanggup juga dong? kenapa hanya SBY? Saya jawab, tugas Habibie, Gus dur dan Megawati maha berat saat itu. Mereka sibuk mengembalikan lagi kondisi negara ini yang hancur lebur ekonominya pasca Soeharto lengser. Mereka yang menormalkan ekonomi bangsa ini. SBY hadir saat ekonomi negara sudah berangsur normal.
Kalau ini bukan masalah, jadi sebenarnya gimana sih tentang Freeport itu? tanya kawan saya lagi..
Begini, kita pakai analogi ngawur Politisi Gerindra, Rachel Maryam terkait Freeport. Rachel bilang, ada rumah dikontrakin ke orang. Pas kontraknya habis, untuk bisa ambil alih rumahnya sendiri, si pemilik rumah harus beli ke yang ngontrak. Objek dari analogi ngawur itu coba saya gunakan untuk menjelaskan. Tapi saya rubah sedikit objeknya. Dari rumah saya ubah menjadi Minimarket.
Saya punya sebidang tanah, saya bekerjasama dengan pemilik Minimarket. Saya sebagai pemilik tanah dapat 1% dari keuntungan Minimarket setiap bulan. Kita membuat perjanjian kerjasama. Dalam perjanjian itu ada klausul kalau pihak minimarket ingin memperpanjang kerjasama, saya tidak boleh menolaknya. Itu lalu kita sepakati..
Beberapa puluh tahun kemudian, anak saya mau gunakan tanah itu, tapi tidak bisa karena saya sudah buat perjanjian, selama Minimarket itu mau perpanjang perjanjian, tidak boleh ditolak. Anak saya menganggap perjanjian tersebut tidak fair, keluarga hanya dapat sedikit dari kerjasama tersebut.
Anak saya lalu mencari cara agar supaya kerjasama ini fair tanpa harus melanggar perjanjian. Dia terus menerus bernegoisasi dengan Pemilik Minimarket. Berbulan-bulan dia terus melakukan negoisasi, dia ingin keluarga mendapatkan hak yang layak atas pemanfaatan tanah tersebut.
Anak saya berhasil, Perjanjian tidak dia langgar, tapi kini keluarga menjadi pemilik utama dari Minimarket tersebut. Kini kami punya tanah dan punya Minimarket. Anak saya berhasil mengambil 51% saham kepemilikan Minimarket tersebut. Kini dia menjadi pemilik Minimarket dan dia berhak menentukan arah bisnis Minimarket.
Hal ini membuat Para preman, oknum aparat dan oknum management Minimarket tidak suka, karena dulu ketika Minimarket ini bukan milik kami, mereka bisa kongkalingkong. Mereka bisa mengambil sekian persen keuntungan Minimarket untuk kantong pribadi mereka. Kini ketika kami yang memegang, kami akan audit, manajemen akan kami rubah, tentu ini tidak baik bagi mereka. Jika ketahuan, tentu mereka akan kami pidanakan..
Jadi yang tidak suka Freeport dikuasai oleh negara ini adalah para maling? Tanya kawan saya.
Oh saya gak bilang begitu..
Sumber Berita (Mohon Ijin Copas, demi Kepentingan Bangsa):
https://www.teddygusnaidi.com
Benarkah Jokowi ingkar janji dan mencabut subsidi BBM? Lagi-lagi hoax!
Apakah benar yang dikatakan kelompok pendukung bapak hoax bahwa, Jokowi ingkar janji terkait janjinya yang tidak akan mencabut subsidi BBM? Tentu saja apa yang disampaikan pendukung bapak hoax sama seperti sikap bapak hoax. Mereka menyebarkan berita bohong tentang subsidi BBM.
Faktanya pada saat kampanye 2014, Jokowi mengatakan dia tidak akan mencabut subsidi BBM untuk rakyat kecil. Jokowi tetap akan mensubsidi BBM untuk rakyat kecil. Dan hingga hari ini apa yang dikatakan Jokowi terbukti di lapangan. BBM untuk rakyat kecil tetap disubsidi.
Kalau begitu, kenapa pendukung bapak hoax mengatakan Jokowi mencabut subsidi BBM? Iya Jokowi mencabut subsidi BBM untuk kalangan yang mampu. Jokowi cabut subsidi dan mengalihkan subsidi untuk pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Beliau tidak mau mensubsidi orang mampu.
Jadi pendukung Bapak Hoax membela orang yang tidak perlu disubsidi. Kecuali memang dari awal Jokowi mengatakan tidak akan mencabut subsidi BBM untuk semua strata. Boleh Jokowi dikatakan ingkar janji, tapi Jokowi tidak mengatakan itu, beliau berjanji tidak akan mencabut subsidi untuk rakyat kecil.
Jokowi tentu tidak akan melakukan tindakan bodoh dengan membakar uang rakyat hingga ribuan triliun hanya untuk mensubsidi BBM bagi yang mampu. Karena adil itu bukan harus sama rata, tapi sesuai dengan kebutuhan. Zaman dulu, semua BBM disubsidi hingga ekonomi kita terbengkalai
Lihat sekarang, subsidi untuk orang mampu, kini dialihkan untuk mensupport ekonomi rakyat dan mensupport infrastruktur untuk kelancaran pembangunan ekonomi. Kalau dulu boro-boro support ekonomi rakyat, untuk infrastruktur aja tidak bisa dilakukan.
Sekali ada untuk infrastruktur, secara berjamaah dikorupsi. Seolah-olah dana rakyat itu dana rampasan perang yang boleh dirampok untuk mengisi perut mereka. Kini tidak bisa lagi para maling seenaknya korupsi. Semua tempat ada matanya, dana rakyat ya untuk rakyat.
Jokowi jelas mengatakan “Tidak ada masalah subsidi BBM bagi rakyat kecil. Itu sebuah keharusan bagi negara.” jadi jangan mudah terpedaya seolah-olah Jokowi menghapus BBM untuk rakyat kecil. Jokowi tidak mungkin berani berbohong seperti Prabowo.
Masih mau percaya dengan omongan pendukung bapak hoax? jangan dipercaya, karena kalau bapak hoax bilang rambutan itu adalah duren, maka semua pendukungnya akan mengamini dan akan memaki-maki jika ada yang berani bilang itu rambutan.
Saat berkampanye, Jokowi tidak pernah berbohong. Ketika menjadi Presiden, beliau menepati janjinya.
Ada yang bisa membantah?
Faktanya pada saat kampanye 2014, Jokowi mengatakan dia tidak akan mencabut subsidi BBM untuk rakyat kecil. Jokowi tetap akan mensubsidi BBM untuk rakyat kecil. Dan hingga hari ini apa yang dikatakan Jokowi terbukti di lapangan. BBM untuk rakyat kecil tetap disubsidi.
Kalau begitu, kenapa pendukung bapak hoax mengatakan Jokowi mencabut subsidi BBM? Iya Jokowi mencabut subsidi BBM untuk kalangan yang mampu. Jokowi cabut subsidi dan mengalihkan subsidi untuk pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Beliau tidak mau mensubsidi orang mampu.
Jadi pendukung Bapak Hoax membela orang yang tidak perlu disubsidi. Kecuali memang dari awal Jokowi mengatakan tidak akan mencabut subsidi BBM untuk semua strata. Boleh Jokowi dikatakan ingkar janji, tapi Jokowi tidak mengatakan itu, beliau berjanji tidak akan mencabut subsidi untuk rakyat kecil.
Jokowi tentu tidak akan melakukan tindakan bodoh dengan membakar uang rakyat hingga ribuan triliun hanya untuk mensubsidi BBM bagi yang mampu. Karena adil itu bukan harus sama rata, tapi sesuai dengan kebutuhan. Zaman dulu, semua BBM disubsidi hingga ekonomi kita terbengkalai
Lihat sekarang, subsidi untuk orang mampu, kini dialihkan untuk mensupport ekonomi rakyat dan mensupport infrastruktur untuk kelancaran pembangunan ekonomi. Kalau dulu boro-boro support ekonomi rakyat, untuk infrastruktur aja tidak bisa dilakukan.
Sekali ada untuk infrastruktur, secara berjamaah dikorupsi. Seolah-olah dana rakyat itu dana rampasan perang yang boleh dirampok untuk mengisi perut mereka. Kini tidak bisa lagi para maling seenaknya korupsi. Semua tempat ada matanya, dana rakyat ya untuk rakyat.
Jokowi jelas mengatakan “Tidak ada masalah subsidi BBM bagi rakyat kecil. Itu sebuah keharusan bagi negara.” jadi jangan mudah terpedaya seolah-olah Jokowi menghapus BBM untuk rakyat kecil. Jokowi tidak mungkin berani berbohong seperti Prabowo.
Masih mau percaya dengan omongan pendukung bapak hoax? jangan dipercaya, karena kalau bapak hoax bilang rambutan itu adalah duren, maka semua pendukungnya akan mengamini dan akan memaki-maki jika ada yang berani bilang itu rambutan.
Saat berkampanye, Jokowi tidak pernah berbohong. Ketika menjadi Presiden, beliau menepati janjinya.
Ada yang bisa membantah?
Sumber Berita (Mohon Ijin Copas, demi Kepentingan Bangsa):
Obat Pahit dari Jokowi
Oleh: Denny Siregar*
"Zaman Jokowi pahit."
Kata seseorang dalam statusnya. Dan ia mengeluhkan banyak hal mulai dari sulitnya lapangan kerja, BBM juga listrik mahal dan segala rupa yang bisa dia keluhkan. Saya senyum-senyum saja baca statusnya.
Zaman Jokowi pahit? Memang iya. Itu harus diakui bahwa pada masa inilah banyak orang yang menelan pil pahit. Tapi nanti dulu, orang yang mana dulu yang merasakan pil pahit Jokowi?
Selama 10 tahun ini, bangsa Indonesia dimanjakan oleh SBY dengan banyaknya subsidi. Seperti orangtua yang kaya raya, SBY terus menerus mengasupi "anak-anaknya" dengan semua fasilitas. Ia melanjutkan kebijakan Soeharto selama 32 tahun dengan membuat si "anak" kenyang tanpa banyak bekerja.
Yang terjadi si anak menjadi manja, pengeluh, mental lembek, malas dan bergantung pada orang tua. SBY tanpa sadar membuat "anak-anaknya" lumpuh dengan tangan selalu menadah ke atas. Bantuan Langsung Tunai digerojok dari segala arah supaya si anak tenang, diam karena perutnya kenyang.
Dari mana duitnya untuk semua itu? Ya, utang. Utang untuk bayar subsidi BBM, utang untuk bayar subsidi listrik sampai utang untuk BLT. Semakin lama beban utang kita semakin besar sedangkan kemampuan bayar mengecil.
Bayangkan hanya untuk subsidi BBM saja, selama 10 tahun SBY membakar uang 1.300 triliun rupiah. Dan itu dari utang.
Dahsyat memang.
Nah, kemanjaan inilah yang dicabut-cabuti oleh Jokowi. Daripada bakar-bakar duit, mendingan uangnya buat bangun infrastruktur. Tetap utang, tapi jelas buat membangun lapangan pekerjaan.
Jokowi memperlakukan bangsa Indonesia sama seperti anaknya sendiri. Anaknya dibentuk mandiri, pekerja dan punya kebanggaan diri. Ketika mereka sudah besar dan ingin berusaha, Jokowi memberikan mereka utang usaha, tapi harus bisa membayar kembali utangnya kelak.
Bagi anak-anak Jokowi, mereka tidak merasakan pil pahit karena sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu. Mereka tidak merasakan fasilitas meskipun bapaknya kaya dari usaha. Semakin diberi tantangan, mereka semakin gembira. Jokowi hanya memberikan mereka arah, mereka sudah jalan sendiri.
Tidak mudah memang mengubah apa yang sudah menjadi budaya selama ini. Bayangkan, Jokowi harus mengubah mental mereka yang terbiasa disuapi dan manja, untuk mulai mandiri dan bekerja. Terbiasa tidur di rumah dan makan enak, harus berdiri dan memulai dari awal. Akhirnya mengeluh dengan situasi yang tidak seenak sebelumnya.
Itulah kondisi yang sebenarnya terjadi. Yang bekerja semakin lama semakin sukses ke depan, yang terus mengeluh lama-lama jadi pecundang.
Jokowi paham, lebih baik memberi kopi pahit untuk menyadarkan. Karena selama ini kopi manis terus yang terhidang yang menumpuk gula dalam tubuh sehingga badan menjadi tambun dan malas jalan.
Seruput kopi pahitnya, kawan....
Sumber Berita (Mohon Ijin Copas, demi Kepentingan Bangsa):